147 total views, 2 views today
PALEMBANG KS-Terjunnya produksi komoditi kedelai Sumatera Selatan sebanyak 37,95 persen atau 4,62 ribu ton biji kering ternyata menyebabkan dolar meraja di mana-mana. Sebaliknya rupiah pun ikut merana
Suswanto, perajin tempe di Jalan Macan Lindungan, Kecamatan Ilir Barat I, Kota Palembang kepada Harian Umum Kabar Sumatera, Senin (26/8) menyampaikan, saat ini harga jual kedelai normal di agen menyentuh Rp 8.400 yang sebelumnya seharga Rp 7.700.
“Kenaikan harga kedelai itu sangat menganggu produktifitas kami. Kan harga produksi saja bahkan naik Rp 700 per kilogram, jadi mau tak mau kami juga harus menaikan harga tempe yang semula Rp 2000 menjadi Rp 3000. Itu terpaksa di lakukan demi kelangsungan usaha ini,” ujar Siswanto.
Senada dengan Suswanto, Nurbaiti Salim, pemilik gerai kecap ‘Teratai’ di Jalan Puncak Sekuning menyebutkan, kenaikan harga kedelai ini sudah pasti berdampak pada pelaku usaha yang bergantung dari komoditi kedelai.
“Hari ini saja harga kedelai merangkak naik. Lagi pula hasil panen kedelai kita tidak mencukupi kebutuhan masyarakat. Sebab itu, kita masih bergantung dari impor. Bila kurs dolar semakin meraja bukan tidak mustahil, orang –orang seperti kami akan merana. Pemerintah harus mengambil solusi cepat untuk itu, “ Nurbaiti meminta.
Menyikapi merajanya dolar, Amidi pengamat ekonomi berkata, krisis kedelai adalah wacana lama yang selalu berulang.
“Celakanya, kita tidak mau belajar dari yang namanya kesalahan dan kegagalan. Apalagi tidak adanya langkah cepat yang memuaskan dari pemerintah untuk mengatasinya,” beber Amidi.
Ujar Amidi, dampak melemahnya rupiah terhadap dolar saat ini, tidak hanya berimbas pada pelaku usaha yang bergantung dari impor. Melainkan pelaku usaha properti, jasa pengiriman,jasa elektronik, perbankan dan pelaku usaha kecil menengah (UKM) pun sudah pasti akan menanggung akibatnya.
“Lihat saja, pelaku UKM seperti tempe, tahu, dan kecap. Naiknya harga kedelai membuat mereka kalang kabut. Belum lagi saat kondisi melemahnya rupiah tidak kunjung usai. Itu bukan tidak mustahil menyebabkan barang-barang properti pun merangkak naik,” cetusnya.
TEKS:JEMMY SAPUTERA
EDITOR:RINALDI SYAHRIL